Habib Rizieq Shihab seorang tokoh karismatik. Setelah bebas murni dan langsung menjadi pusat perhatian publik dan politik.
Kehadiran Habib Rizieq Shihab dianggap mampu menggoyang lanskap politik nasional dan menciptakan kekhawatiran di kalangan elit istana.
Dilansir dari kanal YouTube Refly Harun, analisis politik mendalam tentang kehadiran Habib Rizieq Shihab mencuri perhatian publik.
Kehadiran Habib Rizieq bukan sekedar momentum politik, melainkan bisa menjadi monumen baru yang ditakuti oleh Istana.
Refly Harun menyoroti kekhawatiran istana terhadap perubahan postur politik dan pemikiran dari Front Pembela Islam (FPI), yang kini ia sebut sebagai Front Pembela Indonesia.
Habib Rizieq, yang selalu berada dalam sorotan kamera, menjadi pusat perhatian. Refly menjelaskan bahwa selama istana tidak mampu memberikan cahaya kepemimpinan, maka cahaya akan tetap bersinar dari Petamburan, markas besar FPI.
Dalam pandangannya, istana kehilangan kendali karena ada sumbu politik baru di Jakarta yang akan terus tumbuh secara nasional.
“Habib Rizieq tiba pada momentum yang tepat dan orang melihat dia bukan sekedar momentum tapi bisa jadi Monumen. Istana takut kalau ada monumen baru yang lebih tinggi daripada Monumen Nasional,” ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung, yang turut berdiskusi dalam kanal tersebut, menambahkan bahwa kehadiran Habib Rizieq menjadi sumbu pendek politik di Jakarta, yang bahkan bisa menjadi pusat oposisi.
Menurutnya, Habib Rizieq bukan lagi sosok yang hanya melakukan razia pada bulan Ramadhan, melainkan telah berubah menjadi kekuatan politik baru.
Rocky mengakui perubahan ini dan menyoroti peran FPI dalam membantu masyarakat, seperti saat mereka mengangkat mayat di Aceh dan membersihkan puing-puing di Palu.
Perubahan sikap FPI dan Habib Rizieq, menurut Rocky, disebabkan oleh pengalaman mereka di luar negeri dan upaya mereka memperluas spektrum politik.
Habib Rizieq kini menerima semua orang, meskipun gayanya masih dianggap kasar dan ceplas-ceplos.
Selain itu, Refly Harun menyinggung survei terbaru yang menunjukkan Habib Rizieq sebagai calon presiden potensial.
Menurut survei tersebut, Habib Rizieq kini berada di posisi keempat, setelah Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Ridwan Kamil.
Namun, Refly menilai survei ini perlu disikapi hati-hati karena bisa saja dibuat untuk tujuan tertentu oleh pihak Istana.
“Survei begini juga mesti kita lihat hati-hati. Bisa saja ini disuruh istana untuk bikin gelembung sehingga tiba-tiba Habib Rizieq ada di atas, orang panik, lalu ada alasan untuk menusuk gelembungnya,” kata Rocky Gerung.
Refly Harun dan Rocky Gerung sepakat bahwa saat ini masyarakat mencari sosok pemimpin yang nyata dan berani, bukan sekedar dealer politik.
Mereka menekankan pentingnya kepemimpinan yang mampu memberikan kritik dan menjadi oposisi yang konstruktif.
Habib Rizieq, dengan segala kontroversinya, muncul sebagai salah satu figur yang memenuhi kebutuhan masyarakat akan kepemimpinan yang berbeda.
Sebagai penutup, Refly Harun menegaskan bahwa selama istana tidak bisa menunjukkan kepemimpinan yang jelas dan bersinar, maka Habib Rizieq dan FPI akan terus menjadi cahaya alternatif yang diikuti oleh masyarakat.
Kehadiran Habib Rizieq sebagai figur yang berani dan vokal membuat Istana terusik, terutama dalam menghadapi perubahan lanskap politik Indonesia yang dinamis.***