Oleh : Dr. KRMT Roy Suryo
Sejak Sabtu 15/06/24 minggu kemarin, masyarakat sedunia -termasuk publik Indonesia- kembali demam bola dgn adanya laga Euro 2024 yg berlangsung di Jerman. Dua kali setidaknya skor "hattrick" 0-3 yg saya tulis sebagai judul diatas sudah terjadi sampai sejauh ini, yakni kalahnya Kroasia vs Spanyol (Sabtu 15/06/24 23.00) & Kalahnya Ukrania vs Rumania (Senin 17/06/24 20.00). Namun lucunya meski Indonesia bukan peserta laga bola Eropa tersebut, tetapi kita bisa juga kalah Hattrick 0-3, yakni melalui Kemkominfo (Kementerian Komunikasi & Informatika).
Mengapa bisa demikian? Kekalahan pertama adalah ketika Situs (Palsu) yg disebut2 akan menggantikan Platform X / Twitter yakni Ela Elo (dulu menggunakan domain elaelo.id kini menjadi elaelo.com) berhasil mengelabui Netizen dan membuat Kemkominfo hanya bisa gela gelo alias plonga plongo setidaknya selama tiga hari sejak Senin 17/06/24 -setelah menimbulkan kegaduhan di media maya, karena Situs Ela Elo berani mencantumkan Lambang Negara Garuda Pancasila (mirip Logo Kemkominfo lama, sebelum menjadi Keong yg sekarang) dan Lagu Nasional Garuda Pancasila- meski akhirnya Kemkominfo menyatakan bahwa Ela Elo adalah HoaX (Rabu 19/04/24).
Kekalahan kedua sebenarnya cukup simpel tetapi fatal, yakni dilakukan oleh Akun resmi X / Twitter (centang biru) Kemkominfo sendiri. Dimana kemarin (21/06/24) maksudnya mungkin ingin menarik perhatian dari yg diucapkannya, namun karena kekonyolan desainernya, maka Ucapan Selamat Ulang Tahun ke-68 tsb lebih terkesan spt Ucapan Duka Cita dan malahan memancing komentar ucapan lucu2 dari Netizen & bahkan sempat menjadi trending topic dgn kata "meninggal". Setelah sadar bahwa cuitan Akun resmi Kemkominfo tsb konyol & justru membuat gaduh di social media, buru2 Adminnya kemudian menghapusnya tanpa sedikitpun mengklarifikasinya.
Kalau kekalahan kedua diatas tidak menimbulkan kerugian apapun bagi masyarakat, bahkan (mungkin) sebaliknya karena komentar saat sebelum cuitan resmi Ucapan tsb dihapus secara diam-diam, maka kekalahan ketiga inilah yg benar2 fatal dan kerugiannya bukan hanya terjadi di dunia maya namun sudah secara nyata terjadi d dunia sebenarnya. Inilah peristiwa crowded akibat tertumpuknya antrean di layanan Imigrasi bandara Indonesia akibat server PDN (Pusat Data Nasional) milik Kemkominfo yg digunakan oleh DitJen Imigrasi tsb down semenjak Rabu pagi (20/06/26) pagi subuh pukul 04.00.
Sebagaimana sudah saya tuliskan kemarin, lumpuhnya PDN yg disinyalir akibat serangan siber Ransomware telah mengakibatkan lumpuhnya sistem imigrasi Indonesia bahkan disebut2 hingga artikel ini ditulis. Secara sistem hal tsb terjadi karena PDN terpusat yg digadang2 bisa beroperasi menggantikan semua server di daerah sesuai dgn rencana SDI (Satu Data Indonesia) utk mewujudkan SPBE (Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik) ternyata belum berjalan sesuai dgn harapan. Sebenarnya SDI & SPBE tsb memang bagus dan sesuai dgn era Industry 4.0 bahkan Society 5.0 karena menerapkan IoT (Internet of Thing), bahkan AI (Artificial Intelligence) & Robotic.
Namun sebagaimana sudah saya sampaikan kemarin juga, Hardware & Software yg bagus tidak akan berarti apa2 bila Brainwarenya tidak bagus. Karena "man behind the gun" dibalik perangkat dgn spec gahar 40 Petabyte & Memory 200 Terabyte tsb kalau tidak dihandle oleh orang2 yg benar ibarat "the wrong man on the right place". Dalam pepatah kuno sering juga dianalogikan sebagai "When a Clown moves into a Palace, he doesn’t become a King, The Palace instead becomes a Circus". Lucunya pepatah ini memang terjadi secara faktual di Kemkominfo, dimana ada Pelawak yg diberi jabatan penting disana, akibatnya program2 yg dijalankannya konyol semua & hanya menghambur2kan uang rakyat belaka.
Kembali kepada apa yg terjadi di PDN, bila memang sesuai rencana besarnya 4 lokasi PDN tsb (Batam, Cikarang, Labuan Bajo & IKN) sudah berjalan sesuai harapan & spec teknisnya tidak ada yg dikurangi (kalimat terakhir ini penting, karena PDN di Deltamas Cikarang yg rencana beroperasi Agustus 2024 itu saja berbiaya 104 Juta Euro atau sekitar Rp. 2,7 Trilyun bantuan Perancis & APBN), maka proses "Sentralisasi" atau pemusatan server yg sudah dimulai bisa berjalan normal. Namun faktanya baru ada 1 PDN yg beroperasi di Batam mulai 2022 & 1 PDN sementara di Jabodetabek tetapi daerah2 sudah tidak diperbolehkan membangun Server sendiri, maka ini artinya Bencana. Hal tsb terjadi karena sekarang Pemda2 sudah tidak dibolehkan lagi menganggarkan Pembangunan Data Center sendiri karena Policy Anggaran menetapkan demikian.
Secara teknis, di tahun 2011-2022 kemarin setidaknya memang sudah ada 43 Kementerian / Lembaga, 5 Provinsi, 86 Kabupaten dan 24 Kota yg semua data2 nya diletakkan di PDN ini (termasuk DitJen Imigrasi yg gangguan kemarin). Akibatnya bila PDN-nya gangguan dan lembaga2 yg sudah telanjur "menyerahkan" semua datanya tidak memilki backup datanya sendiri lagi maka bencana besar terjadi. Sistem sentralisasi spt ini sebenarnya baru boleh dilakukan 100% bila memang PDN sudah benar2 siap dan teruji sebelumny,a, minimal Kemkominfo juga melakukan sertifikasi dgn instansi terkait -misalnya BSSN (Badan Siber & Sandi Negara- utk memastikan digital security pengamanan, disaster recovery & contingency plannya.
Alhamdulillah sesuai informasi yg saya dengar, beberapa provinsi & kabupaten-kota secara mandiri tetap mengupayakan adanya Data server lokal di daerahnya masing2, misalnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Prinsip ini sebenarnya sama dgn yg dilakukan oleh Pemerintah Amerika Serikat, meskipun digitalisasi sudah berjalan dan tertata dengan baik, namun backup data tetap ada & dilakukan mirroring, hingga berkas2 fisik (manual)nyapun tetap disimpan dgn rapi dirubanah dibawah kota New York misalnya. Dengan demikian bilamana ada gangguan sistem maka dengan cepat bisa direplace dgn backup / mirror tsb tanpa harus menunggu berjam2 bahkan berhari2 spt disini.
Kesimpulannya, sama2 ada "euro"-nya, dimana disana sedang berlangsung laga Euro 2024 dan disini menggunakan anggaran Ratusan Juta Euro, memang keduanya sama2 bisa dapat skor Hattrick 0-3, tetapi Hattrick yg dialami Kemkominfo ini adalah sangat memalukan dan berbahaya. Apalagi kejadian di PDN ini sudah bukan yg pertama, karena tahun lalu, tepatnya 05/07/23, Hacker juga berhasil membobol 34 Juta data Paspor dari PDN. Apakah "the wrong wrong man" (karena bukan hanya satu) di Kemkominfo ini mau terus dipertahankan? "Bisa hancur negeri ini" (spt kata2 Beliau di Sticker bergambar mantan Presiden) yg populer di layanan WhatsApp bila kondisi begini terus dibiarkan ...
)* Dr. KRMT Roy Suryo - Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen, Jakarta 22 Juni 2024.