Hampir dua juta umat muslim akan menuntaskan ibadah haji mereka pada pekan ini. Cuaca panas yang ekstrim telah menimbulkan dampak fatal pada ratusan jamaah yang memulai perjalanan ibadah haji pada Jumat 14 Juni 2024.
Angka kematian jamaah haji setidaknya 562 orang selama pelaksanaan haji berdasarkan data Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dan sejumlah sumber. Dari jumlah tersebut, sebanyak 307 jamaah haji yang wafat berasal dari Mesir dan 118 jamaah dinyatakan hilang. Tim medis dan aparat keamanan mengatakan suhu di Arab Saudi menyentuh angka 51 derajat celcius.
“Suhunya sangat terik dan orang-orang tak bisa menahannya,” kata Wilayet Mustafa, jamaah haji asal Pakistan.
Seorang saksi mata mengatakan ada beberapa jenazah tergeletak di pinggir jalan dekat Mina, diluar Mekah. Jenazah – jenazah itu ditutup kain ihram sampai kendaraan medis tiba.
Ilmuwan bidang iklim mengatakan kematian yang dialami jamaah haji yang sebagian besar karena gelombang panas itu, kemungkinan akan terjadi lagi berpuluh tahun ke depan.
“Ritual haji dilakukan lewat cara khusus selama lebih dari seribu tahun, dan biasanya memang ketika suhu sangat panas, namun krisis iklim telah memperburuk keadaan,” kata Carl-Friedrich Schleussner, ilmuwan dari German institute Climate Analytics.
Jamaah haji diantaranya melaksanakan tawaf mengelilingi kabah seperti diajarkan Nabi Muhammad SAW 14 abad silam. Yang juga menjadi bagian dari ritual ibadah haji adalah mendaki gunung Arafah, yang bisa cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.
Pelaksanaan ibadah haji dilakukan berdasarkan perhitungan bulan, yang puncaknya pada 10 dzulhijjah. Meskipun haji saat ini masuk ke musim dingin di Arab Saudi, namun pada 2040 musim haji akan bertepatan dengan puncak musim panas di Arab Saudi.
“Ini akan sangat fatal,” kata Fahad, ilmuwan iklim dari Climate Analytics di Pakistan. Kematian jamaah Haji karena suhu panas bukan hal baru, namun sudah terjadi sejak 1400-an.