Jurnalis senior Hersubeno Arief merasa hambatan calon presiden (capres) nomor urut satu Anies Baswedan untuk maju menjadi Gubernur DKI Jakarta di pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 luar biasa besar.
Pasalnya selain minimnya partai politik yang ingin mengusungnya, oligarki juga akan berusaha menghalangi Anies Baswedan kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta karena kebijakan yang dibuatnya ketika menduduki posisi tersebut pada periode 2017-2023 tidak sesuai kepentingan mereka.
"Tapi saya kira kalau kemudian kita bicara soal kemungkinan peluang Anies untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta itu handicapnya sekarang luar biasa besar ya Bung Rocky, bukan hanya soal perahu yang dari partai-partai politik tetapi pasti ada operasi-operasi yang dilakukan oleh oligarki untuk menghalangi dia kembali," ucapnya.
"Karena saya kira mereka sudah bisa tahu ketika Anies 5 tahun berada di Jakarta ya memang kebijakan-kebijakan dia sangat bertentangan dengan kepentingan para oligarki," imbuhnya, dikutip populis.id dari YouTube Rocky Gerung Official, Selasa (7/5).
Sementara sebelumnya, dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Kamis (18/4/2024), Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan bahwa Ridwan Kamil menempati posisi elektoral tertinggi untuk Pilkada DKI Jakarta, lalu disusul Anies Baswedan.
“Dinamika elektoral itu tidak statis, sekarang yang paling tinggi namanya Ridwan Kamil, tapi selisihnya tidak jauh sama Mas Anies dalam margin of error,” ucap Burhanuddin, dikutip dari Kompas TV.
Ia mengatakan dinamika elektoral untuk Pilkada DKI Jakarta sangat tinggi, pasalnya pada peringkat pertama hingga kesembilan dalam survei perolehan angka yang didapat masing-masing calon tidak terlampau jauh.
“Kita mendapati satu fenomena di mana Jakarta itu dinamika elektoralnya sangat tinggi, peringkat pertama, kedua hingga peringkat ke-9 itu selisihnya tidak terlalu jauh,” kata Burhanuddin.
“Jadi masih membuka pintu buat siapapun, karena proses nominasi masih berlangsung hingga bulan Agustus, masih jauh dan yang menarik partai-partai di Jakarta juga tidak ada yang sangat dominan (di Pemilu 2024).”