JENEWA: Bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Jalur Gaza tidak sampai ke warga sipil yang membutuhkan, kata PBB pada Jumat, dan mendesak Israel untuk memenuhi kewajiban hukumnya.
“Bantuan yang masuk tidak sampai ke masyarakat, dan itu merupakan masalah besar,” Jens Laerke, juru bicara badan kemanusiaan PBB OCHA, mengatakan pada konferensi pers di Jenewa.
Dia menyoroti peran pemerintah Israel di penyeberangan Kerem Shalom, pintu masuk utama bantuan ke wilayah Palestina yang terkepung sejak penyeberangan Rafah antara Mesir dan Gaza ditutup oleh militer Israel pada 7 Mei
. Kewajiban pihak berwenang berdasarkan hukum untuk memfasilitasi pengiriman bantuan tidak berhenti di perbatasan,” kata Laerke.
“Ini tidak berhenti ketika Anda turun hanya beberapa meter melintasi perbatasan dan kemudian pergi, dan kemudian menyerahkan kepada lembaga kemanusiaan untuk melewati zona pertempuran aktif – yang tidak dapat mereka lakukan – untuk mengambilnya,” katanya.
“Kami membutuhkan akses yang aman dan tanpa hambatan untuk sampai ke titik pengantaran sehingga kami dapat mengambil dan menyampaikannya kepada orang-orang.
“Kami ingin semua pihak memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum.”
Perang Gaza paling berdarah yang pernah terjadi dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang mengakibatkan kematian 1.189 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Militan juga menyandera 252 orang, 121 di antaranya masih berada di Gaza, termasuk 37 orang yang menurut tentara tewas.
Serangan balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 36.224 orang di Gaza, sebagian besar warga sipil, menurut kementerian kesehatan wilayah yang dikelola Hamas. [A-N]
