Turki telah menangkap ratusan orang yang diduga memiliki hubungan dengan ISIS (ISIL).
Pengumpulan itu dilakukan dalam operasi di 32 provinsi, kata Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya pada hari Jumat. Ankara telah meningkatkan operasi terhadap kelompok bersenjata dan kelompok Kurdi selama perang di Gaza dan setelah sebuah bom meledak di dekat gedung-gedung pemerintah pada awal Oktober.
Mayoritas tersangka ditangkap di Ankara, Istanbul dan Izmir, tiga kota terbesar di negara itu, kata Yerlikaya melalui platform pesan sosial X. Kewarganegaraan para tahanan belum diungkapkan.
Operasi tersebut dilakukan secara serentak di seluruh negeri, kata menteri tersebut, yang membagikan rekaman yang menunjukkan polisi memasuki apartemen dan gedung dan menyeret tersangka ke dalam kendaraan.
ISIS bermula setelah invasi AS ke Irak pada tahun 2003. ISIS terbentuk dari aliansi antara cabang al-Qaeda dan elemen Partai Baath yang dikalahkan di Irak.
Puncaknya pada tahun 2014, para pejuangnya menguasai sepertiga wilayah Irak dan Suriah.
Namun kelompok ini kehilangan kendali atas wilayah tersebut setelah kampanye yang dilakukan oleh pasukan yang didukung AS di Suriah dan Irak serta pasukan Suriah yang didukung oleh Iran, Rusia dan berbagai kelompok paramiliter.
Meskipun berhasil dipukul mundur, beberapa pejuang ISIS masih bersembunyi, sebagian besar di daerah terpencil di Suriah dan Irak, dimana mereka terus melakukan serangan.
Turki terus menjadi sasaran dan dilanda serangkaian pemboman mematikan sejak tahun 2015. Satu serangan di Istanbul pada 1 Januari 2017, menewaskan 39 orang di sebuah klub malam.
Ankara telah meningkatkan tindakan kerasnya terhadap orang-orang di negara tersebut yang kemungkinan memiliki hubungan dengan ISIS sejak saat itu. Diasumsikan bahwa penahanan terakhir mungkin dilakukan dengan memperhatikan perayaan Tahun Baru yang akan datang.
Pada bulan Mei, Presiden Recep Tayyip Erdogan mengumumkan bahwa pasukan intelijen negaranya telah membunuh tersangka pemimpin ISIS, Abu al-Hussein al-Husseini al-Qurashi.
“Orang ini dinetralisir sebagai bagian dari operasi organisasi intelijen nasional Turki di Suriah,” kata Erdogan. “Kami akan melanjutkan perjuangan kami melawan organisasi teroris tanpa diskriminasi apa pun.”
Dalam beberapa pekan terakhir, pihak berwenang Turki juga melancarkan operasi terhadap Partai Pekerja Kurdistan, atau PKK, yang dianggap terlarang oleh Ankara, yang dianggap Ankara sebagai organisasi teroris. Para pejuang Kurdi mengaku bertanggung jawab atas peledakan bom di dekat gedung pemerintah Turki di Ankara pada 1 Oktober.
“Demi perdamaian dan persatuan rakyat kami, kami tidak akan membiarkan teroris membuka mata mereka,” kata Yerlikaya pada hari Jumat. “Kami akan melanjutkan pertempuran kami dengan upaya intens dari pasukan keamanan kami.” [AJ-AL]