Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta (Pilgub DKI) tahun 2024 mulai menjadi pembicaraan di ruang publik.
Muncul sejumlah nama yang digadang-gadang bakal menjadi Cagub DKI. Sebut saja seperti Ridwan Kamil (RK) dan Ahmad Sahroni.
Namun di mata Pengamat Politik M Qodari, Sahroni dan Ridwan Kamil hanyalah gimik. Ia menilai ada tokoh lain yang berpeluang diusung menjadi Cagub DKI.
"Salah satu potensial RK walaupun menurut saya RK potensinya tetap lebih besar di Jawa Barat. Kalau di survei hari ini, saya yakin RK jauh lebih kuat di Jawa Barat dibandingkan di Jakarta," ujar Qodari di Youtube Panangian Simanungkalit.
Bicara Cagub DKI, menurut Qodari, harus menunggu hasil pileg 2024. Karena jadwal Pilgub DKI masih jauh, Qodari melihat dari partai pengusungnya bukan dari calonnya.
PDIP kata Qodari bisa saja mengusung Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini (Risma), Abdullah Azwas Anas dan Ahok.
Mengenai siapa yang dipilih, Qodari mengatakan, akan melihat hasil survei.
Di Golkar, Qodari melihat ada dua nama yaitu Ahmed Zaki Iskandar dan Ridwan Kamil. Sedangkan PKS menurutnya akan mengusung Anies Baswedan.
"PKS nomor satu Anies Baswedan. Ancang-ancang menuju 2029. Beliau sangat mungkin mau di Pilgub DKI Jakarta. Bahkan yang paling mungkin maju Pilgub DKI adalah Anies Baswedan," kata Qodari.
Qodari punya dua alasan mengapa Anies paling berpeluang diusung PKS di Pilgub DKI.
Pertama karena Anies adalah mantan gubernur, petahana, yang mendapat suara lumayan 41 persen di Jakarta saat Pilpres.
Kedua tutur Qodari, karena melihat Jakarta sebagai panggung potensial untuk menuju 2029.
Di antara 3 partai koalisi pengusung Anies-Muhaimin, Qodari mengatakan, PKS yang paling kompatibel secara posisi politik dan sosiologis dengan Anies.
"Jadi Anies itu de facto Presiden PKS. De jure nya nggak. Perwujudan PKS pada figur itu adalah Anies Baswedan," tuturnya.
Mengenai Ahmad Sahroni menurut Qodari, tidak mudah karena NasDem harus berkoalisi.
"Sahroni dan RK ini lebih kepada gimik artinya mereka berdua yang punya keberanian tampil tapi cerita di ujung bisa sangat berbeda. Makanya kita lihat ke hulunya, partai politik. Nama-nama yang sebut belakangan lebih pasti dibanding Ridwan Kamil dan Sahroni," ujar Qodari.