Pegiat media sosial Denny Siregar mengungkapkan bahwa calon presiden nomor urut dua dari Koalisi Indonesia Maju Prabowo Subianto membutuhkan campur tangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai kepala negara untuk memenangkan Pilpres 2024.
Di sisi lain, kata Denny Siregar, Jokowi membutuhkan Prabowo Subianto untuk membuat Gibran Rakabuming Raka bisa duduk dalam kursi calon wakil presiden, sehingga hubungan keduanya pada masa Pemilu 2024 hanya didasarkan pada kepentingan.
"Sejak awal saya sudah mengingatkan ada masalah antara Jokowi dan Prabowo yang awalnya seperti bersahabat, tetapi di balik itu semua sebenarnya hanyalah pertemanan berdasarkan kepentingan," ucapnya, dikutip populis.id ari YouTube 2045 TV, Jumat (15/3).
"Sederhana aja, Prabowo butuh campur tangan Jokowi sebagai presiden untuk dia bisa menjadi presiden, sedangkan Jokowi butuh kendaraan melalui Prabowo supaya anaknya Gibran bisa menjadi calon wakil presiden," sambungnya.
Sementara sebelumnya, Denny Siregar mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah membangun kekuatan di luar pemerintah untuk mengimbangi kekuasaan Prabowo Subianto setelah resmi dilantik sebagai kepala negara.
Jokowi, kata Denny Siregar, membangun kekuatan menggunakan Partai Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang memihaknya, karena Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang kini memimpin PKB diisukan akan didepak.
"Dan Jokowi juga sudah membangun kekuatan di luar pemerintahan untuk mengimbangi kekuasaan Prabowo nanti, salah satu kendaraan besar Jokowi yaitu Partai Golkar yang dia bangun juga untuk kendaraan anaknya Gibran ketika akan jadi calon presiden di 2029 nanti," ungkap Denny.
"Jokowi di 5 tahun ke depan dengan Golkar-nya kemungkinan akan menggandeng PKB, PKB-nya Cak Imin ya benar, tapi isunya nih Cak Imin akan disingkirkan dari PKB dan partai itu akan diisi oleh orang-orang Jokowi sehingga Golkar dan PKB akan berjalan bersama di 2029 nanti," imbuhnya.
Dan jika berhasil, maka setiap kebijakan Prabowo bisa dihalau oleh Golkar dan PKB di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sehingga posisinya sebagai kepala negara tidak akan maksimal.
"Dengan kekuatan besar di parlemen maka posisi Prabowo sebagai presiden akan tidak maksimal karena setiap kebijakan dia akan dihadang di DPR nanti oleh gabungan Golkar dan PKB-nya Jokowi," ujar Denny.