JAKARTA: Petugas medis Indonesia yang menjalankan misi darurat di Rafah mengatakan mereka terkejut dengan besarnya bencana kemanusiaan di Gaza, karena mereka menyaksikan penderitaan terburuk yang pernah mereka lihat.
Sebuah tim yang terdiri dari 11 dokter dan perawat bedah Indonesia yang diorganisir oleh Komite Penyelamatan Darurat Medis yang berbasis di Jakarta memasuki Gaza minggu lalu sebagai bagian dari pengerahan darurat yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Mereka sekarang bekerja di sejumlah fasilitas kesehatan di Rafah, sebuah kota di tepi selatan Jalur Gaza di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dan pemboman mematikan yang dilakukan Israel semakin meningkat.
“Mereka tentu kaget. Mereka adalah petugas medis yang biasanya bekerja di lingkungan biasa dan tiba-tiba dihadapkan pada adegan yang memilukan,” Sarbini Abdul Murad, ketua komite eksekutif MER-C, mengatakan kepada Arab News pada hari Kamis.
Di Gaza, para relawan medis tidak hanya menyaksikan kematian dan cedera akibat serangan Israel tetapi juga kelaparan.
“Mereka melihat banyaknya orang yang berjuang untuk mendapatkan makanan, atau mereka melihat anak-anak berebut sisa makanan untuk diberikan kepada keluarga mereka,” kata Murad. “Hati nurani mereka diiris saat mereka menyaksikan pemandangan yang tidak akan bisa mereka lupakan dalam hidup mereka.”
Serangan Israel, yang dimulai pada bulan Oktober, telah menewaskan lebih dari 32.500 warga Palestina dan melukai 74.000 lainnya, sementara lebih dari 1 juta orang di Gaza berada dalam risiko kelaparan karena Israel terus memblokir bantuan ke jalur yang terkepung.
Tim medis Indonesia adalah bagian dari pengerahan medis darurat yang lebih besar yang dipimpin oleh WHO dan terdiri dari anggota dari berbagai negara. Ini mencakup dokter ortopedi dan perawat bedah untuk membantu korban serangan Israel yang menderita luka akibat pemboman, serangan rudal, dan tembakan.
Mereka berjuang dengan terbatasnya jumlah obat-obatan dan peralatan bedah di wilayah yang terkepung.
“Sektor medis di Gaza sangat kewalahan karena jumlah korban dan fakta bahwa jumlah dokter dan layanan kesehatan yang tersedia tidak memadai,” kata Murad.
“Mereka menangani korban perang dengan luka bakar traumatis, dan banyak pasien juga harus diamputasi.”
Israel terus membom Gaza dan memblokir bantuan kemanusiaan penting, meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB pada hari Senin menyerukan gencatan senjata segera di jalur tersebut selama bulan Ramadhan.
Sehari setelah resolusi gencatan senjata dewan disahkan, Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese mengatakan ada alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. [ARN]